Rabu, 10 Mei 2017

Tentang Kekejaman

dari lantai 2 balkon rumah wanitanya tempat dulu mereka menghabiskan waktu. ditemani dengan secari kopi susu favoritnya dan coklat panas favorit lelakinya yang menjadi awal bait - bait syair ini tercipta.

dengarkan lah. entah bagaimana malam ini jam tidurnya kacau. mata yang seharusnya terpejam tak kunjung memejamkan. pikiran yang seharusnya mendoktrin tidur, kini berkelana entah kemana. perasaan yang seharusnya tenang, kini seolah - olah berfikir. lantas apa yang terjadi?  mata dan pikiran seolah bekerja sama merencanakan ini semua. sebab apa semua hal itu bersatu? tak biasanya hal itu seirama. perasaan pun tak kunjung seperti biasa. 

gelisah itu kembali hari. takut itu kembali muncul. dua hal itu kembali mengisi pikiran ini.  sebab apa ini semua seolah menyerang. persetan dengan semua ini.

lantas mengapa tak ada kabar buruk  yang kunjung datang?. dan tak mungkin jika semua hal terjadi seirama jika kabar buruk pun tak kunjung hadir. 

rindu tiba - tiba menyelinap diantara semua hal yang meresahkan ini. air mata tak lagi berkompromi. tangisan pun pecah seketika. hal menyakitkan seolah memperjelas ini semua. dia kekasih tuhan pergi tanpa pamit. pergi tanpa mengucapkan perpisahan. pergi tanpa kabar terakhir. 

dia tutup rapat tentang keberadaanya. dia tutup rapat akan kondisinya. dia tutup rapat tentang hidupnya. tapi tak tau kah dia bahwa wanita nya merasakan apa yang dia rasa.( ralat wanita itu bukan lah wanitanya. )

bukan kah wanita itu tak pernah melarang orang yang disebut "dia".
jangan berlaku jahat membuat dia gelisah
sebab gelisahnya wanita itu akan teramat menyakitkan. 

wanita itu hanya butuh kabar.
walau hanya sekali dia mengabarkan bagi dia itu cukup.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar